Kalender Saka Bali adalah sistem penanggalan yang
digunakan oleh orang Hindu Bali di pulau Bali dan Lombok .
Kalender Bali bisa dianggap istimewa sebab kalender Saka
Bali adalah penanggalan "konvensi". Tidak mutlak
astronomis seperti kalender Hijriyah , namun tidak pula
seperti kalender Jawa , tetapi 'kira-kira' ada di antara
keduanya.
Kalender Saka Bali tidak sama dengan Kalender Saka dari
India , namun kalender Saka yang sudah dimodifikasi dan
diberi tambahan elemen-elemen lokal.
Kalender Saka Bali bisa dikatakan merupakan penanggalan
syamsiah-kamariah (surya-candra) atau luni-solar . Jadi
penanggalan ini berdasarkan posisi matahari dan sekaligus
bulan . Dikatakan konvensi atau kompromistis, karena
sepanjang perjalanan tarikhnya masih dibicarakan
bagaimana cara perhitungannya.
Dalam kompromi sudah disepakati bahwa: 1 hari candra = 1
hari surya. Kenyataannya 1 hari candra tidak sama dengan
panjang dari 1 hari surya. Untuk itu setiap 63 hari (9 wuku )
ditetapkan satu hari-surya yang nilainya sama dengan dua
hari-candra. Hari ini dinamakan pangunalatri. Hal ini tidak
sulit diterapkan dalam teori aritmatika. Derajat ketelitiannya
cukup bagus, hanya memerlukan 1 hari kabisat dalam
seratusan tahun. [1]
Nama-nama bulan
No Penanggalan Bali Lama Hari
1 Kasa 30
2 Karo 29
3 Katiga 30
4 Kapat 29
5 Kalima 30
6 Kanem 29
7 Kapitu 30
8 Kawolu 29
9 Kasanga 30
10 Kadasa 29
11 Jiyestha 30
12 Sadha 29/(30)
Total 354/(355)
Panjang bulan
Dalam 1 bulan candra atau sasih, disepakati ada 30 hari
terdiri dari 15 hari menjelang purnama disebut penanggal
atau suklapaksa, diikuti dengan 15 hari menjelang bulan
baru (tilem) disebut panglong atau kresnakapsa . Penanggal
ditulis dari 1 pada bulan baru, sampai 15 yaitu purnama ,
menggunakan warna merah pada kalender cetakan. Setelah
purnama, kembali siklus diulang dari angka 1 pada sehari
setelah purnama sampai 15 pada bulan mati ( tilem )
menggunakan warna hitam. Dalam perhitungan matematis,
untuk membedakan warna, sering dipakai titi. Titi adalah
angka urut dari 1 yaitu bulan baru, sampai 30 pada bulan
mati. Angka 1 sampai 15 mewakili angka merah atau
penanggal, 16 sampai 30 mewakili angka 1 sampai 15
angka berwarna hitam atau panglong .
Panjang bulan surya juga tidak sama dengan panjang sasih
(bulan candra). Sasih panjangnya berfluktuasi tergantung
kepada jarak bulan dengan bumi dalam orbit elipsnya.
Sehingga kurun tahun surya kira-kira 11 hari lebih panjang
dari tahun candra. Untuk menyelaraskan itu, setiap kira-kira
3 tahun candra disisipkan satu bulan candra tambahan yang
merupakan bulan kabisat. Penambahan bulan ini masih agak
rancu peletakannya. Inilah tantangan bagi dunia aritmatika.
Idealnya awal tahun surya jatuh pada paruh-akhir sasih
keenam (Kanem ) atau paruh-awal sasih ketujuh (Kapitu ),
sehingga tahun baru Saka Bali (hari raya Nyepi ) selalu jatuh
di sekitar paruh-akhir bulan Maret sampai paruh-awal bulan
April .
Daftar bulan Bali matahari
No Penanggalan Jawa Awal Akhir
1 Kasa 23 Juni 2 Agustus
2 Karo 3 Agustus 25 Agustus
3 Katiga 26 Agustus 18 September
4 Kapat 19 September 13 Oktober
5 Kalima 14 Oktober 9 November
6 Kanem 10 November 22 Desember
7 Kapitu 23 Desember 3 Februari
8 Kawolu 4 Februari 1 Maret
9 Kasanga 2 Maret 26 Maret
10 Kadasa 27 Maret 19 April
11 Desta 20 April 12 Mei
12 Sada 13 Mei 22 Juni
Tahun Baru
Tahun baru bagi Kalender Saka Bali, diperingati sebagai hari
raya Nyepi, bukan jatuh pada sasih pertama (Kasa ), tetapi
pada sasih kesepuluh (Kadasa ). Idealnya pada penanggal 1,
yaitu 1 hari setelah bulan mati (tilem). Pada tahun 1993,
Hari raya Nyepi jatuh pada penanggal 2, diundur 1 hari,
karena penanggal 1 bertepatan dengan pangunalatri dengan
panglong 15 sasih Kasanga. Sekali lagi kompromi diperlukan
dalam perhitungan ini.
Sejak hari raya Nyepi , angka tahun Saka bertambah 1 tahun.
Menjadi angka tahun surya Masehi dikurangi 78. Dengan
demikian sasih- sasih sebelum itu berangka tahun Masehi
minus 79. Hal ini akan terasa janggal bagi pengguna
penanggalan Masehi, karena angka tahun sasih Kasanga
satu tahun di belakang angka tahun sasih Kedasa, dan
angka tahun dari sasih terakhir, Desta (Jiyestha) sama
dengan angka tahun berikutnya untuk sasih pertama ( Kasa ).
Senin, 28 Maret 2016
Kalender bali
Kalender jawa
Kalender Jawa
Kalender Jawa atau Penanggalan Jawa adalah sistem
penanggalan yang digunakan oleh Kesultanan Mataram dan
berbagai kerajaan pecahannya dan yang mendapat
pengaruhnya. Penanggalan ini memiliki keistimewaan karena
memadukan sistem penanggalan Islam , sistem
Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang
merupakan bagian budaya Barat.
Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus
mingguan yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu)
dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari
pasaran . Pada tahun 1625 Masehi (1547 Saka ), Sultan
Agung dari Mataram berusaha keras menanamkan agama
Islam di Jawa. Salah satu upayanya adalah mengeluarkan
dekrit yang mengganti penanggalan Saka yang berbasis
perputaran matahari dengan sistem kalender kamariah atau
lunar (berbasis perputaran bulan). Uniknya, angka tahun
Saka tetap dipakai dan diteruskan, tidak menggunakan
perhitungan dari tahun Hijriyah (saat itu 1035 H). Hal ini
dilakukan demi asas kesinambungan, sehingga tahun saat
itu yang adalah tahun 1547 Saka diteruskan menjadi tahun
1547 Jawa.
Dekrit Sultan Agung berlaku di seluruh wilayah Kesultanan
Mataram: seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Banten ,
Batavia dan Banyuwangi (=Balambangan). Ketiga daerah
terakhir ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung.
Pulau Bali dan Palembang yang mendapatkan pengaruh
budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender
karangan Sultan Agung ini.
Daftar bulan Jawa Islam
Di bawah ini disajikan nama-nama bulan Jawa Islam.
Sebagian nama bulan diambil dari Kalender Hijriyah , dengan
nama-nama Arab, namun beberapa di antaranya
menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta seperti Pasa,
Sela dan kemungkinan juga Sura. Sedangkan nama Apit dan
Besar berasal dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu . Nama-
nama ini adalah nama bulan kamariah atau candra (lunar).
Penamaan bulan sebagian berkaitan dengan hari-hari besar
yang ada dalam bulan hijriah, misalnya Pasa berkaitan
dengan puasa Ramadhan, Mulud berkaitan dengan Maulid
Nabi pada bulan Rabi'ul Awal, dan Ruwah berkaitan dengan
Nisfu Sya'ban di mana dianggap amalan dari ruh selama
setahun dicatat.
No Penanggalan Jawa Lama Hari
1 Sura 30
2 Sapar 29
3 Mulud 30
4 Bakda Mulud 29
5 Jumadilawal 30
6 Jumadilakir 29
7 Rejeb 30
8 Ruwah (Arwah, Saban) 29
9 Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan) 30
10 Sawal 29
11 Sela ( Dulkangidah, Apit) * 30
12 Besar (Dulkahijjah) 29/(30)
Total 354/(355)
Nama-nama bulan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Warana • Sura, artinya rijal
2. Wadana • Sapar, artinya wiwit
3. Wijangga • Mulud, artinya kanda
4. Wiyana • Bakda Mulud, artinya ambuka
5. Widada •Jumadi Awal, artinya wiwara
6. Widarpa • Jumadi Akhir, artinya rahsa
7. Wilapa • Rejep, artiya purwa
8. Wahana • Ruwah, artinya dumadi
9. Wanana • Pasa, artinya madya
10. Wurana • Sawal, artinya wujud
11. Wujana • Sela, artinya wusana
12. Wujala • Besar, artinya kosong
Keterangan
Nama alternatif bulan Dulkangidah adalah Sela atau Apit.
Nama-nama ini merupakan peninggalan nama-nama Jawa
Kuno untuk nama musim ke-11 yang disebut sebagai Hapit
Lemah . Sela berarti batu yang berhubungan dengan lemah
yang artinya adalah “tanah”. Lihat juga di bawah ini.
Daftar bulan Jawa matahari
Pada tahun 1856 Masehi, karena penanggalan kamariah
dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani yang
bercocok tanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan
surya yang disebut sebagai pranata mangsa , dikodifikasikan
oleh Sunan Pakubuwana VII[1] atau penggunaannya
ditetapkan secara resmi. Sebenarnya pranata mangsa ini
adalah pembagian bulan yang sudah digunakan pada zaman
pra-Islam, hanya saja disesuaikan dengan penanggalan
tarikh kalender Gregorian yang juga merupakan kalender
surya, dan meninggalkan tarikh Hindu; akibatnya umur
setiap mangsa berbeda-beda.
No Penanggalan Jawa Awal Akhir
1 Kasa 23 Juni 2 Agustus
2 Karo 3 Agustus 25 Agustus
3 Katiga (Katelu) 26 Agustus 18 September
4 Kapat 19 September 13 Oktober
5 Kalima 14 Oktober 9 November
6 Kanem 10 November 22 Desember
7 Kapitu 23 Desember 3 Februari
8 Kawolu 4 Februari 1 Maret
9 Kasanga 2 Maret 26 Maret
10 Kadasa 27 Maret 19 April
11 Dhesta* 20 April 12 Mei
12 Sadha* 13 Mei 22 Juni
Keterangan
Dalam bahasa Jawa Kuna mangsa kesebelas disebut
hapit lemah sedangkan mangsa keduabelas disebut sebagai
hapit kayu . Lalu nama dhesta diambil dari nama bulan ke-11
penanggalan Hindu dari bahasa Sanskerta jyes.t.ha dan
nama sadha diambil dari kata âs.âd.ha yang merupakan
bulan keduabelas.
Siklus windu
Oleh orang Jawa tahun-tahun digabung menjadi satu, yang
terdiri dari delapan tahun Jawa. Setiap satuan ini terdiri atas
8 tahun Jawa dan disebut windu . Windu sendiri bergulir
empat putaran (32 tahun Jawa) : Adi, Kuntara, Sangara, dan
Sancaya. Di bawah disajikan nama-nama tahun dalam satu
windu: [2]
# Nama Nama suro Hari
1 Alip Selasa Pon 354
2 Ehe Sabtu Pahing 355
3 Jimawal Kamis Pahing 354
4 Je Senin Legi 354
5 Dal Jumat Kliwon 355
6 Be Rabu Kliwon 354
7 Wawu Ahad Wage 354
8 Jimakir Kamis Pon 355
Total 2835
Jumlah 2835 hari genap dibagi 35 /selapan (hari pasaran)
Nama-nama tahun tersebut adalah sebagai berikut :
1. Purwana • Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)
2. Karyana • Ehe, artinya tumandang (melakukan)
3. Anama • Jemawal, artinya gawe (pekerjaan)
4. Lalana • Je, artinya lelakon (proses, nasib)
5. Ngawana • Dal, artinya urip (hidup)
6. Pawaka • Be, artinya bola-bali (selalu kembali)
7. Wasana • Wawu, artinya marang (kearah)
8. Swasana • Jimakir, artinya suwung (kosong)
Pembagian pekan
Simbol siklus pasaran dalam kalender jawa
Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang
lamanya tidak hanya tujuh hari saja, namun dari 2 sampai
10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama
dwiwara, triwara , caturwara, pañcawara (pancawara ),
sadwara , saptawara, astawara dan sangawara . Zaman
sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan tujuh
hari saja yang dipakai, namun di pulau Bali dan di Tengger ,
pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.
Pekan yang terdiri atas tujuh hari dihubungkan dengan
sistem bulan-bumi. Gerakan (solah) dari bulan terhadap
bumi berikut adalah nama dari ke tujuh nama hari tersebut :
1. Radite • Minggu, melambangkan meneng (diam)
2. Soma • Senen, melambangkan maju
3. Hanggara • Selasa, melambangkan mundur
4. Budha • Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke
kiri)
5. Respati • Kamis, melambangkan manengen (bergerak ke
kanan)
6. Sukra • Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)
7. Tumpak • Sabtu, melambangkan temurun (bergerak
turun)
Pekan yang terdiri atas lima hari ini disebut sebagai pasar
oleh orang Jawa dan terdiri dari hari-hari:
1. Legi
2. Pahing
3. Pon
4. Wage
5. Kliwon
Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan
sebagai berikut :
1. Kliwon • Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)
2. Legi • Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah
kebelakang)
3. Pahing • Pahit, melambangkan madep (menghadap)
4. Pon • Petak, melambangkan sare (tidur)
5. Wage • Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)
Kemudian sebuah pekan yang terdiri atas tujuh hari ini, yaitu
yang juga dikenal di budaya-budaya lainnya, memiliki
sebuah siklus yang terdiri atas 30 pekan. Setiap pekan
disebut satu wuku dan setelah 30 wuku maka muncul siklus
baru lagi. Siklus ini yang secara total berjumlah 210 hari
adalah semua kemungkinannya hari dari pekan yang terdiri
atas 7, 6 dan 5 hari berpapasan.
Penampakan bulan dalam penanggalan jawa :
1. Tanggal 1 bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-
hanya seperti garis, ini dimaknakan dengan seorang bayi
yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih besar
dan lebih terang.
2. Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan
penuh melambangkan dewasa yang telah bersuami istri.
3. Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan
masih penuh tapi sudah ada tanda ukuran dan cahayanya
sedikit berkurang.
4. Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang
sudah mulai kehilangan daya ingatannya.
5. Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang
sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain kembali seperti
bayi layaknya.
6. Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, di mana
hidup manusia kembali ketempat asalnya menjadi rijal lagi.
7. Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan
saat di mana rijal akan mulai dilahirkan kembali
kekehidupan dunia yang baru.
Referensi
Pigeaud, Th., 1938 , Javaans-Nederlands Woordenboek .
Groningen- Batavia : J.B. Wolters
Ricklefs, M.C., 1978 , Modern Javanese historical tradition:
a study of an original Kartasura chronicle and related
materials. London: School of Oriental and African Studies,
University of London
Neptu hari lan bulan dan tahun
TAHUN JAWA
CARA PENGHITUNGANNYA BERDASAR NEPTU
Setya Amrih Prasaja,S.S. [1]
A. PENGANTAR
Semenjak jaman dahulu sehingga sekarang ini orang Jawa
masih ada yang melestarikan serta menggunakan
perhitungan kalender Jawa, tahun Jawa atau juga dikenal
sebagai Anno Javanicus (AJ) merupakan ciptaan Kanjeng
Sultan Agung Hanyakrakusuma. Pada awalnya orang Jawa
menggunakan kalender Saka - Hindu, sehubungan semakin
banyaknya penganut Islam di tanah Jawa dan kerajaan
Islam Jawa - Mataram berada pada puncak kejayaannya,
maka Sultan Agung kemudian membuat perubahan besar -
besaran pada kalender Saka dan kalender Hijriyah, yang
kemudian dikenal sebagai Tahun Jawa.
Perubahan ini sendiri terjadi pada tanggal 8 Juli 1633 M,
atau bertepatan dengan tahun Saka 1555, dan tahun 1043
Hijriyah, bulan dalam Tahun Jawapun kemudian
diselaraskan dengan bulan dalam Tahun Hijriyah.
Meskipun tahun Jawa dan Hijriyah sama - sama
berdasarkan pada rotasi bulan, namun kedua tahun ini
berbeda sedikit dalam hal jumlah hari, jumlah hari tahun
Jawa 354 3/8 hari sedangkan tahun Hijriyah 354 11/30
hari. dalam tahun Hijriyah setiap 30 tahun ada 11 tahun
kabisat, namun pada tahun Jawa ada 3 tahun kabisat
dalam 8 tahun ( sewindu ) hal ini menyebabkan tahun
Jawa dan tahun Hiriyah bisa kembali sama, pada setiap
120 tahun sekali tahun Jawa maju sehari.
Tahun Jawa juga menyertakan sebuah rumus yang biasa
dikenal dengan neptu , neptu ini selalu menyertai bulan,
pasaran , dan hari dalam tahun Jawa, jadi setiap bulan,
pasaran , maupun hari selalu disertai dengan angka
neptu nya masing - masing, adapun neptu itu sendiri
menurut pengertian dalam kitab primbon berarti cecek atau
titik sebagai penanda bilangan. Menurut pengertian ini
maka bisa disimpulkan bahwa neptu merupakan titik
penanda bilangan yang menyertai nama tahun, bulan,
pasaran , dan hari dalam kalender Jawa.
B. NEPTU TAHUN, BULAN, PASARAN, DAN HARI
Tahun Jawa ini berhubung mengacu pada kalender Bulan
seperti halnya tahun Hijriyah maka, nama - nama bulan
serta hari dalam kalender Jawapun disesuaikan dengan
nama bulan dan hari dalam tahun Hijriyah hanya saja ada
beberapa yang sedikit berbeda seperti bisa dilihat pada
tabel di bawah ini ;
v BULAN JAWA - HIJRIYAH, BESERTA JUMLAH HARINYA
No
NAMA BULAN
JUMLAH HARI
Keterangan
1
SURA
30 HARI
2
SAPAR
29 HARI
3
MULUD
30 HARI
4
BAKDAMULUD
29 HARI
5
JUMADILAWAL
30 HARI
6
JUMADILAKIR
29 HARI
7
REJEB
30 HARI
8
RUWAH
29 HARI
9
PASA
30 HARI
10
SAWAL
29 HARI
11
DULKANGIDAH
30 HARI
12
BESAR
29 / 30 HARI
Kabisat
v BULAN JAWA - HIJRIYAH, BESERTA NEPTU NYA
NO
BULAN JAWA
BULAN HIJRIYAH
NEPTU
1
SURA
MUHARRAM
7
2
SAPAR
SAFAR
2
3
MULUD
RABIUL AWAL
3
4
BA'DA MULUD
RABIUL TSANI
5
5
JUMADIL AWAL
JUMADIL AWAL
6
6
JUMADIL AKIR
JUMADIL TSANI
1
7
REJEB
RAJAB
2
8
RUWAH
SYA'BAN
4
9
PASA
RAMADHAN
5
10
SAWAL / BADA
SYAWAL
7
11
DULKANGIDAH
DULKAIDAH
1
12
BESAR
DULHIJAH
3
v TAHUN JAWA PERHITUNGAN 8 TAHUNAN ( SEWINDU )
Perhitungan tahun Jawa dibagi lagi dalam ritus delapan
tahunan yang dikenal sebagai windu, jadi delapan tahun
sekali dinamakan sewindu ;
NO
TAUN
NEPTU
1
ALIP
1
2
EHÉ
5
3
JIMAWAL
3
4
JÉ
7
5
DAL
4
6
BÉ
2
7
WAWU
6
8
JIMAKIR
3
Setiap delapan tahun dalam kalender Jawa akan ditandai
dengan adanya empat windu antara lain :
1. WINDU SANGARA, lamanya satu windu ini delapan
tahun.
2. WINDU SANCAYA, lamanya satu windu ini delapan
tahun.
3. WINDU ADI, lamanya satu windu ini delapan tahun.
4. WINDU KUNTARA, lamanya satu windu ini delapan
tahun.
v PASARAN / PANCAWARA / LIMA HARI
Yang dimaksud dengan pasaran yaitu perhitungan hari
dalam satu putaran terdiri dari lima hari atau dikenal juga
sebagai pancawara . Kegunaannya adalah untuk
perhitungan perputaran perekonomian pada masa itu.
NO
DINA
NEPTU
1
KLIWON
8
2
LEGI
5
3
PAING
9
4
PON
7
5
WAGÉ
4
v PARINGKELAN / SADWARA / ENAM HARI
Yang dimaksud dengan paringkelan yaitu perhitungan hari
dalam satu putaran terdiri dari enam hari atau dikenal juga
sebagai sadwara. Kegunaannya adalah untuk perhitungan
pertanian dan perkebunan.
NO
PARINGKELAN
HARI
1
WURUKUNG
KÉWAN
2
PANINGRON
IWAK
3
UWAS
MANUK
4
MAWULU
WINIH
5
TUNGLÉ
GODHONG
6
ARAYANG
MANUNGSA
v PADINAN / SAPTAWARA / TUJUH HARI
Yang dimaksud dengan padinan yaitu perhitungan hari
dalam satu putaran terdiri dari tujuh hari atau dikenal juga
sebagai saptawara. Kegunaannya adalah untuk
perhitungan setiap hari dalam seminggu. Nama hari ini
diselaraskan dengan hari dalam perhitungan tahun Hijriyah
:
NO
SAKA / JAWA KUNA
HIJRIYAH
JAWA
NEPTU
1
RADITÉ
AHAD
AKAD
5
2
SOMA
ISNAIN
SENÈN
4
3
ANGGARA
TSALASA'
SELASA
3
4
BUDA
ARBA'A
REBO
7
5
WRESPATI
KHOMSAH
KEMIS
8
6
SUKRA
SITTAH
JEMUWAH
6
7
SANISCARA / TUMPAK
SABBAH
SETU
9
v PADÉWAN / ASTHAWARA / DELAPAN HARI
Yang dimaksud dengan padéwan yaitu perhitungan hari
dalam satu putaran terdiri dari delapan hari atau dikenal
juga sebagai asthawara . Kegunaannya adalah untuk
perhitungan yang didasarkan pada keberadaan Déwa -
Déwi, asthawara ini sekarang jarang digunakan kecuali
pada naskah - naskah primbon Jawa atau masih
digunakan dalam kalender Bali.
NO
PADÉWAN
NO
PADÉWAN
1
SRI
5
RUDRA
2
INDRA
6
BRAMA
3
GURU
7
KALA
4
YAMA
8
UMA
C. KEGUNAAN NEPTU DAN CARA PENGGUNAANYA
Pada jaman dulu neptu yang selalu menyertai hari, bulan
dan tahun Jawa, digunakan untuk perhitungan dalam
menentukan jatuhnya hari pasaran , awal bulan, nama
tahun dan windunya. Perhitungan neptu menggunakan
sistem perhitungan yang matematis, dan bukannya klenik
seperti yang banyak dipahami banyak kalangan. Rumus
neptu ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan :
1. Jatuhnya windu atau nama windu setiap tahun tanpa
melihat kalender, adapun cara yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Angka tahun yang akan dihitung dibagi 32, kemudian
hasilnya dikalikan 32 hasilnya dikurangi 2.
Contoh :
Tahun 1943 jatuh pada windu apa ?
Cara menghitungnya :
1943 : 32 = 60,71875 (yang diambil angka di depan koma),
kemudian 32 x 60 = 1920, 1943 - 1920 = 23 - 2 = 21.
Hasilnya 21 kemudian lihat rumus di bawah ; dan 21masuk
windu Kuntara.
a. Windu Sangara jika hasil hitungan kosong atau
berjumlah 25 s.d. 31.
b. Windu Sancaya jika hasil hitungan berjumlah 1 s.d. 7.
c. Windu Adi jika hasil hitungan berjumlah 9 s.d. 16.
d. Windu Kuntara jika hasil hitungan berjumlah 17 s.d. 24.
2. Jatuhnya tahun yang sedang berlaku tanpa melihat
kalender, dengan cara seperti di bawah ini :
Angka tahun dibagi 8, kemudian hasilnya dikalikan 8 hasil
perkaliannya untuk mengurangi angka tahun yang sedang
dihitung.
Tuladha :
Tahun 1943 masuk tahun apa ?
Cara menghitungnya :
1943 : 8 = 242,875 (yang diambil angka di depan koma) ;
kemudian
242 x 8 = 1936, 1943 - 1936 = 7
Hasilnya 7 kemudian lihat rumus di bawah, 7masuk tahun
Dal.
a. Jika hasilnya 0 berarti tahun Ebé .
b. Jika hasilnya 1 berarti tahun Wawu.
c. Jika hasilnya 2 berarti tahun Jimakir.
d. Jika hasilnya 3 berarti tahun Alip .
e. Jika hasilnya 4 berarti tahun Ehé .
f. Jika hasilnya 5 berarti tahun Jimawal .
g. Jika hasilnya 6 berarti tahun Jé.
h. Jika hasilnya 7 berarti tahun Dal .
3. Jatuhnya tanggal satu atau awal bulan, jika windu dan
tahun sudah ketemu maka akan lebih mudah menentukan
jatuhnya hari pada awal bulan atau tanggal satu setiap
bulannya, caranya ;
Neptu tahun + neptu bulan = ?
Hasilnya berapa kemudian hitunglah mulai Rebo, kamis ,.....
hingga sejumlah hasil perhitungan neptu tadi, ketemu hari
apa kemudian dikurangi sehari / mundur satu hari dari
hasil hari yang didapat.
Contoh :
Menentukan jatuhnya tanggal 1 bulanSura 1943
1943 = tahun Dal , tahun Dal neptu nya = 4
Sura neptu nya = 7
4 + 7 = 11 kemudian hitunglah mulai Rebo sampai
hitungan kesebelas ;
R K J Se M Sn Sl R K J Se
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ketemu hari Se (Setu /Sabtu) kemudian dikurangi sehari
ketemu J (Jemuwah / Jumat).
Jadi tanggal 1 bulan Sura tahun 1943 AJ jatuh pada
hari JEMUWAH (JUMAT). Bertepatan dengan tanggal 18
Desember 2010 M.
Menentukan jatuhnya tanggal 1 bulanPasa 1943
1943 = tahun Dal, tahun Dal neptu nya = 4
Pasa neptu nya = 5
4 + 5 = 9 kemudian hitunglah mulai Rebo sampai hitungan
kesembilan ;
R K J Se M Sn Sl R K
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketemu hari K ( Kemis /Kamis) kemudian dikurangi sehari
ketemu R (Rebo )
Jadi tanggal 1 bulanPasa tahun 1943 AJ jatuh pada
hariRABU.
Bertepatan dengan tanggal 11 Agustus 2010 M.
Menentukan jatuhnya tanggal 1 bulanSawal 1943
1943 = tahun Dal, tahun Dal neptu nya = 4
Sawal neptu nya = 7
4 + 7 = 11 kemudian hitunglah mulai Rebo sampai
hitungan kesebelas ;
R K J Se M Sn Sl R K J Se
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ketemu hari Se (Setu /Sabtu) kemudian dikurangi sehari
ketemu J (Jemuwah / Jumat).
Jadi tanggal 1 bulan Sawal tahun 1943 AJ jatuh pada hari
JEMUWAH (JUMAT). Bertepatan dengan tanggal 10
September 2010 M.
4. Menentukan hari pasaran tanggal satusetiap bulannya.
Neptu hari + neptu bulan = pasaran
Hasilnya berapa kemudian hitunglah mulai Kliwon, Legi.....
sejumlah jumlah hasil penjumlahan neptu nya, ketemu hari
apa kemudian dikurangi satu hari.
CATATAN :
Neptu tahun dan bulan untuk mencari pasaran berbeda
dengan neptu tahun dan bulan yang digunakan dalam
rumus mencari windu, tahun, dan hari, namun neptu yang
digunakan seperti di bawah ini ;
NEPTU SASI :
SURA - SAPAR neptu nya 5
MULUD - BA'DA MULUD neptu nya 9
JUMADILAWAL - AKHIR neptu nya 3
REJEB - RUWAH neptu nya 2
PASA - SAWAL neptu nya 1
DULKANGIDAH - BESAR neptu nya 5
NEPTU TAUN :
ALIP neptu nya 5
HÉ neptu nya 9
JIMAWAL neptu nya 4
JÉ neptu nya 3
DAL neptu nya 2
BÉ neptu nya 7
WAWU neptu nya 1
JIMAKIR neptu nya 5
Untuk mengetahui hari pasaran tanggal 1 Sura 1943 :
1943 = tahun Dal, taun Dal neptu nya = 2
Sura neptu nya = 5
2 + 5 = 7 kemudian hitung mulai Kliwon sampai hitungan
ketujuh.
K L P Pn W K L
1 2 3 4 5 6 7
Ketemu pasaran L ( LEGI) kemudian dikurangi sehari
ketemu pasaran K ( KLIWON).
Jadi tanggal 1 Sura tahun 1943 AJ jatuh pada pasaran
KLIWON.
Untuk mengetahui hari pasaran tanggal 1 Pasa 1943 :
1943 = tahun Dal, taun Dal neptu nya = 2
Pasa neptu nya = 1
2 + 1 = 3 kemudian hitung mulai Kliwon sampai hitungan
ketiga.
K L P
1 2 3
Ketemu pasaran P ( PON) kemudian dikurangi sehari
ketemu pasaran L ( LEGI).
Jadi tanggal 1 Pasa tahun 1943 AJ jatuh pada
pasaranLEGI .
Untuk mengetahui hari pasaran tanggal 1 Sawal
1943 :
1943 = tahun Dal, taun Dal neptu nya = 2
Sawal neptu nya = 1
2 + 1 = 3 kemudian hitung mulai Kliwon sampai hitungan
ketiga.
K L P
1 2 3
Ketemu pasaran P ( PON) kemudian dikurangi sehari
ketemu pasaranL (LEGI ).
Jadi tanggal 1 Sawal tahun 1943 AJ jatuh pada
pasaranLEGI .
Ø Contoh perhitungan di atas apabila disimpulkan maka
akan kita dapat :
o Tahun 1943 jatuh pada windu Kuntara .
o Tahun 1943 jatuh pada tahun Dal .
o Tanggal 1 Sura 1943 jatuh pada hari Jemuwah Kliwon
(Jumat Kliwon). Bertepatan dengan tanggal 18 Desember
2010 M.
o Tanggal 1 Pasa 1943 jatuh pada hari Rebo Legi (Rabu
Legi). Bertepatan dengan tanggal 11 Agustus 2010 M.
o Tanggal 1 Sawal 1943 jatuh pada hari Jemuwah Legi
(Jumat Legi). Bertepatan dengan tanggal 10 September
2010 M.
Demikian hasil perhitungan tahun Jawa 1943 yang
dijadikan contoh di atas, nah sekarang mari kita mencoba
menghitung tahun Jawa 1944 ;
1. Tahun Jawa 1944 jatuh pada windu ?
1944 : 32 = 60, kemudian 32 x 60 = 1920, 1943 - 1920 = 23
- 2 = 21.
Tahun 1944 jatuh pada windu Kuntara .
2. Tahun Jawa 1944 jatuh pada tahun ?
1944 : 8 = 243, kemudian 8 x 243 = 1944 (sama) istilah
Jawanya Ceples atau kosong.
Tahun 1944 jatuh pada tahun Ebé / Bé
3. Tanggal 1 Sura 1944 jatuh pada hari ?
1944 = tahun Bé, tahun Béneptu nya = 2
Sura neptu nya= 7
2 + 7 = 9 kemudian hitunglah mulai Rebo sampai hitungan
kesembilan ;
R K J Se M Sn Sl R K
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketemu hari K ( Kemis /Kamis) kemudian dikurangi sehari
ketemu R (Rebo /Rabu).
Jadi tanggal 1 bulan Sura tahun 1944 AJ jatuh pada
hari REBO (RABU).
Bertepatan dengan tanggal 8 Desember 2010 M.
4. Tanggal 1 Sura 1944 jatuh pada pasaran ?
1944 = tahun Bé, tahun Bé neptu nya = 7
Sura neptu nya = 5
7+ 5 = 12 kemudian hitung mulai Kliwon sampai hitungan
keduabelas.
K L P Pn W K L P Pn W Kl L
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ketemu pasaran L ( LEGI) kemudian dikurangi sehari
ketemu pasaran K ( KLIWON).
Jadi tanggal 1 Sura tahun 1944 AJ jatuh pada pasaran
KLIWON.
Tanggal 1 Sura 1944 Bé Kuntara jatuh pada hari Rebo
Kliwon.
Bertepatan dengan tanggal 8 Desember 2010 M.
5. Tanggal 1 Pasa 1944 jatuh pada hari ?
1944 = tahun Bé, tahun Bé neptu nya = 2
Pasaneptu nya= 5
2 + 5 = 7 kemudian hitunglah mulai Rebo sampai hitungan
ketujuh ;
R K J Se M Sn Sl
1 2 3 4 5 6 7
Ketemu hari Sl ( Selasa /Selasa) kemudian dikurangi sehari
ketemu Sn ( Senèn /Senin).
Jadi tanggal 1 bulanPasa tahun 1944 AJ jatuh pada
hari SENÈN (SENIN).
Bertepatan dengan tanggal 1 Agustus 2011 M.
6. Tanggal 1 Pasa 1944 jatuh pada pasaran ?
1944 = tahun Bé, taun Béneptu nya = 7
Pasaneptu nya = 1
7+ 1 = 8 kemudian hitung mulai Kliwon sampai hitungan
kedelapan.
K L P Pn W K L P
1 2 3 4 5 6 7 8
Ketemu pasaran P ( PON) kemudian dikurangi sehari
ketemu pasaran L ( LEGI).
Jadi tanggal 1 Pasa tahun 1944 AJ jatuh pada
pasaranLEGI .
Tanggal 1 Sura 1944 Bé Kuntara jatuh pada hari Senèn
Legi.
Bertepatan dengan tanggal 1 Agustus 2011 M.
7. Tanggal 1 Sawal 1944 jatuh pada hari ?
1944 = tahun Bé, tahun Bé neptu nya = 2
Sawal neptu nya= 1
2 + 7 = 9 kemudian hitunglah mulai Rebo sampai hitungan
kesembilan ;
R K J Se M Sn Sl R K
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketemu hari K ( Kemis /Kamis) kemudian dikurangi sehari
ketemu R (Rebo )
Jadi tanggal 1 bulanSawal tahun 1944 AJ jatuh pada
hariRABU.
Bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2011 M.
8. Tanggal 1 Sawal 1944 jatuh pada pasaran ?
1944 = tahun Bé, taun Béneptu nya = 7
Pasaneptu nya = 1
7 + 1 = 8 kemudian hitung mulai Kliwon sampai hitungan
kedelapan.
K L P Pn W K L P
1 2 3 4 5 6 7 8
Ketemu pasaran P ( PON) kemudian dikurangi sehari
ketemu pasaran L ( LEGI).
Jadi tanggal 1 Sawal tahun 1944 AJ jatuh pada
pasaranLEGI .
Tanggal 1 Sawal 1944 Bé Kuntara jatuh pada hari Rebo
Legi.
Bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2011 M.
D. KESIMPULAN
Perombagan tahun saka yang dilakukan oleh Sultan Agung
Hanyakrakusuma, melahirkan sebuah sistem kalender baru
yang kemudian dikenal dengan kalender Jawa atau tahun
Jawa, ada juga yang menyebutnya sebagai tahun Jawa
Kasultanagungan.
Dalam perjalanannya, karena dijaman dulu belum ada
bentuk kalender tempel seperti pada masa sekarang
maka, dirumuskan sebuah metode untuk bisa mengetahui
jatuhnya atau keberadaan hari, pasaran , tahun, serta
windunya tanpa harus melihat kalender tempel, dengan
menggunakan perhitungan tahun berdasarkan pada rumus
neptu yang ada. Keberadaan angka - angka neptu tersebut
memudahkan orang dalam menghitung tanggal satu setiap
bulan, bahkan windu beserta tahunnya, hingga beberapa
tahun ke depan. Perhitungan tahun berdasarkan neptu ini
hanya berlaku untuk tahun Jawa dan tidak bisa digunakan
untuk menghitung tahun Masèhi.
Demikian tulisan singkat terkait tahun Jawa cara
penghitungannya berdasar rumus neptu , semoga tulisan
singkat dan dangkal ini sedikit bisa memberikan
sumbangan informasi untuk penelitian - penelitian yang
sifatnya lebih komprehensif dan bernilai ilmiah tinggi.
Semoga bermanfaat.
*) Sumber ;
Hefner, W. Robert, 2004, Hindu Javanese. Tengger
Tradition and Islam -- Culture Challenge and Culture Hero :
The Tale of Ajisaka and Mohammad . Princeton University
Press.
Pakubuwono V. 1986. Babon ingkang Kalatinaken ; Serat
Centhini. Yayasan Centhini. Yogyakarta : C.V. Percetakan
"Surya Gading".
Prasaja, Setya Amrih, 2006, Serat Ajisaka Pupuh I
Dhandhanggula ; Suntingan Teks, Terjemahan, dan Analisis
Wacana. Skripsi Sarjana, Sastra Nusantara, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sindhunata. Tanpa tahun, Pawukon. Yogyakarta : Bentara
Budaya.
Tjakraningrat, Pangeran Harya, 2001. Kitab Primbon
Betaljemur Adammakna. Yogyakarta : Penerbit
soemadidjojo.
[1] Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Sanden, Bantul - Daerah
Istimewa Yogyakarta.