soewarsomandalaputra

Minggu, 01 Maret 2015

Debu di Atas debu

Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Debu di Atas Debu

Dalam perjalanan baik di dunia nyata maupun maya
ada satu sifat yang sering kita jumpai dari orang dekat kita
atau pun cuma kenalan biasa: SOMBONG

Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri
agar terbebas dari sifat yang tanpa sadar sering membuat terjerembab

Mari awali tulisan ini dengan menghadirkan semangat untuk merefleksi diri sambil terus berniat untuk memperbaiki diri terlebih dahulu sebelum sibuk melihat dan menilai orang lain

~Penyebab utama orang SOMBONG adalah kurangnya rasa syukur dan perasaan LEBIH dari orang lain. Lupa diri sehingga melayang terlalu tinggi tak lagi ingat kalau masih menginjak bumi ~

~Faktor budaya dan EGO KELUARGA bisa juga menjadi faktor munculnya sifat SOMBONG. Disinilah peran pola asuh yang tepat dapat menjadikan anak rendah hati dan lebih bersahabat. ~
Secara umum SOMBONG bisa muncul ketika merasa memiliki: ILMU yang mumpuni, HARTA berlimpah hingga tujuh generasi, KUASA tak terbantah, ketenaran NAMA besar, dan terkadang juga merasa gaya prilakunya banyak diikitu oleh orang lain~

~Kesombongan ilmu terlihat dari sikap rendahkan orang yang ilmunya kurang. Alih-alih mengajarkan orang yang belum tahu justru pada yang bertanya dijadikan bahan olok-olok dan dianggap semua masalah itu ringan~

~Sikap sombong ilmu tampak pula dari sikap tak mau mendengarkan orang lain ataupun mengoreksi diri ketika orang lain beri penjelasan.Menutup diri dari pendapat yang berbeda.~

~Beberapa orang karena kesombongan ilmunya tadi berani meremehkan guru-guru yang dulu pernah memberi ilmu. Bahkan malu mengaku pernah berguru ~

~Ketinggian ilmu tak selamanya membuat seseorang menjadi rendah hati sebagaimana diibaratkan seperti ilmu padi – makin berisi makin menunduk – makin berilmu makin hormat pada guru. Karena – sebagaimana yang diajarkan dalam filosofi pepatah Minangkabau “Alam takambang jadi guru”, maka lingkungan sekitar adalah guru dengan segala macam ajaran yang disampaikan. Karena itu semakin berilmu seharusnya semakin ramah pada sekitar~

Miliki banyak harta tentulah impian sebagian besar manusia. Seminar dan pelatihan yang mengajarkan untuk jadi kaya pun laris manis. Sayang kekayaan yang didapat justru sering menjauhkan diri kerendahan hati. Kaya harta tapi miskin hati alamat cepat matinya nurani.

Harta yang dimiliki menjadi tembok pembatas untuk berinteraksi. Dalam banyak cerita kita dapati kisah kehancuran manusia – bahkan hingga hari ini – disebabkan kesombongan atas harta yang dimiliki. Padahal harta bisa jadi sarana menjadi hamba mulia yang berguna bagi sesama.

Menapaki tangga kehidupan tak jarang menghantarkan seseorang di puncak tangga kekuasaan. Bila tak pandai pegang kendali diri bisa-bisa kesombonganlah yang menguasai.

Puncak kuasa jadi sarana hempaskan diri ke dalam lembah kehinaan. Kekuasaan yang harusnya mensejahterakan seluruh alam, bisa jadi alat kehancuran diri dan lingkungan dikarenakan ketidakmampuan dalam mengendalikan diri sendiri. Sejarah masa lalu dan masa kini telah membuktikan.

Setelah ilmu, harta dan tahta, sifat sombong pun bisa muncul diam-diam lewat ketenaran dan nama besar. Kesombongan karena nama besar seringkali datang tanpa disadari karena ia begitu HALUS dan sering lebih SAMAR. Padahal nama besar merupakan modal jadikan kebaikan cepat tersebar, namun sifat sombong kuburkan harapan besar perbaikan kemanusiaan.

~Sebelum punya nama, ramah tegur sapa terasa ke siapa saja. Setelah tenar kawan yang dulu pernah sekamar pun tak lagi dikenal. Senyum dilepas seperlunya, tegur sapa hanya untuk orang tertentu saja. Bila tak sesama orang bernama harap maklum bila tak nampak mata walau ada dalam satu kereta. ~

Kesombongan merupakan refleksi kurangnya mengenal diri. Dari mana kita berasal, hendak kemana kita menuju? Buya Hamka pernah berkata bahwa manusia tak lebih dari “Debu di atas Debu”. Karenanya tiadalah berguna menyombongkan diri baik karena ilmu yang kita punya, harta yang ada di pundi-pundi kita, tahta yang berkilau di atas kepala, ataupun nama besar yang terus bersinar.

Marilah kita terus belajar dari apapun yg ada di sekitar. Kedewasaan dan kecerdasan adalah formula kebijaksanaan agar terhindar dari sombong. Kuatkan ketaatan dalam beribadah jadikan hati lebih mudah merendah indah.

Besar harapan tulisan yang merupakan self reminder ini menjadi penguat semangat terus perbaiki diri.

~Yang menulis belum tentu lebih baik dari yang membaca~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar